Rencana mengakhiri bulan februari, aku bersama teman-teman hendak melakukan liburan bersama. Setelah direncanakan selama satu minggu tepat tanggal 28 februari kami pun pergi ke salah satu wisata di kabupaten malang, yaitu gerojokan pitu. Dari sumber-sumber yang kami dapat, tempat tersebut masih alami dan harus melakukan perjalanan cukup jauh (kurang lebih 7 km) menyusuri hutan. Tepat pukul 08.00 WIB kami berangkat dari kota Batu, menuju daerah Pujon Kidul. Untuk menuju kesana aksesnya sangatlah mudah, dari patung sapi setelah melewati daerah paralayang kita hanya tinggal lurus ikutin jalan ke kiri dan ada semacam pangkalan ojek didekat sana, lalu kita belok kiri dan ikutin jalannya saja.
Capung Alas |
Awal perjalanan jalanan sangatlah mudah, jalanan kampung sekitar meskipun kondisinya makadam jalannya mudah untuk dilalui. Kami terus berjalanan menyusuri satu rumah ke rumah lainnya hingga sampai area ladang warga (bisa juga disebut awal masuk petualangan). Warga sekitar sangatlah ramah dan dengan sangat senang hati menjelaskan rute perjalanan ketika kami bertanya. kami pun tiba menuju pendakian pertama, jalanan mulai berubah dari makadam menjadi tanah. Untuk menuju gerojokan pitu sangatlah mudah, kita hanya tinggal mengikuti petunjuk yang telah dibuat ranger dan ada tanda merah putih yang terikat di pohon.
Awal perjalanan menyusuri hutan masih begitu mudah, karena jalanannya yang masih terbilang landai. Lama kelamaan kami terus masuk kedalam hutan dan suasana pemandangan pohon pinus serta pekarangan menemani kami sepanjang perjalanan. Rasa lelah mulai terasa, jalanan menjadi terjal dan menguras banyak tenaga. Perjalanan ini saya sarankan benar-benar siapkan fisik yang baik dan teman perjalanan yang seru. Kenapa yang seru? Karena perjalanan ini akan terasa sepi jika hanya dinikmati berdua saja atau bahkan sendirian.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, pemandangan alami yang ditawarkan selama perjalanan semakin terasa disaat kami semakin naik keatas. Pemandangan dari bawah semakin indah terlihat dari atas. Deretan pegunungan, pepohonan, dan ladang menyegarkan mata kami dan indah untuk diabadikan. Desiran suara angin, juga menjadi lagu alam di telinga kami. Semakin naik ke atas kami pun juga semakin hati-hati dalam melangkah, karena ada beberapa titik pejalanan yang kondisinya jalan setapak dengan jurang disebelahnya. Jika sudah tiba didaerah tersebut suara air semakin keras terdengar. Setelah melewati jalan setapak kami harus melewati jalanan menurun yang cukup dalam dan kondisi jalanan basah. Di jalanan ini, sudah terpasang tali pengaman sehingga kami bisa berpegangan pada tali tersebut untuk keamanan saat menuruni jalan.
Di tengah-tengah perjalanan kami sudah bisa melihat sebuah air terjun yang sangat besar (coban tengah). Meskipun bukan tujuan utama kami, kami sangat senang karena perjalanan kami akan sampai ke titik terakhir perjalanan. Setelah selesai menuruni jalan, kami semakin takjub. Dari sana kami sudah bisa melihat tempat gerojokan pitu dari bawah (meskipun terlihat jauh) dan coban tengah dengan sangat jelas. Kami pun beristirahat sejenak, menyegarkan badan kami setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua jam. Disana ada semacam tempat berteduh, terbuat dari daun-daun kering untuk meletakkan barang-barang. Dan beruntungnya kami kondisi tempat wisata masih terbilang sepi, karena kami berkungjung di hari sabtu. Tips kedua dalam perjalanan ini, siapkan makanan dari rumah atau bawah kompor portable untuk memasak mie atau minuman hangat. Karena hawanya begitu dingin, tidak asyik rasanya menikmati liburan tapi malah masuk angin.
Selepas kami beristirahat aku dan beberapa teman memutuskan melanjutkan pendakian ke gerojokan pitu. Jalan pertama yang harus ditempuh masih terbilang mudah karena ada tangga buatan yang telah disediakan. Setelah tangga tersebut perjalanan menjadi penuh kewaspadaan. Jalan tinggi dan curam harus kami lewati, dengan tali sebagai pegangan kami pun harus menaiki jalan tesebut dengan hati-hati.
Dengan pantauan dari ranger di atas kami pun diberi arahan dan bantuan saat memanjatnya. Setelah susah payah kami memanjat jalan tanah tersebut, akhirya kami bisa melihat gerojokan pitu dengan sangat dakat dan terasa sangat megah ciptaan tuhan ini. Tidak sia-sia usaha kami menerjang hutan dengan susah payah, tidak puas disitu kami pun disarankan ranger untuk mendaki lagi jika mau melihat coban empat.
Awalnya kami sedikit ragu karena jalannya yang lebih ekstrim untuk keatas. Karena terasa sayang sudah sampai, tapi tidak dilalui. Tetap dengan seutas tali untuk keselamatan, kami pun memutuskan memanjatnya kembali. Ternyata jalanan ekstrim hanya awal memanjat setelah itu jalanan begitu landai dan mudah. Tibalah kami, mata kami dikejutkan dengan coban empat yang sangat dekat di mata dan terlihat lebih besar dan dekat. Disini lebih terasa lebih alami lagi kondisinya. Tidak pikir panjang, bersama teman-teman kami mengabadikan momen tersebut. Tidak akan pernah puas menganggumi keindahan tuhan di Indonesia ini. Masih banyak tempat yang nantinya aku dan teman-teman akan kunjungin lagi. Terimakasih sudah membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar